Menjadi wasit sepakbola adalah pekerjaan yang
sulit. Butuh ketelitian, keberanian, kesehatan, kesabaran dan kecerdasan untuk
bisa menjadi wasit yang berkualitas.
Jika wasit melakukan tugasnya dengan baik,
seringkali ia dilupakan begitu saja. Jika sedikit saja melakukan kesalahan,
maka hujan kritikan dan komentar tidak puas akan didapatnya.
Seringkali wasit juga terlibat insiden yang jika
diingat kembali akan terlihat lucu, sebagian lagi tragis. Berikut adalah
beberapa cerita konyol tentang wasit.
Wasit dan Sex
Sudah bukan rahasia lagi bahwa wasit merupakan
salah satu pekerjaan yang paling rawan mendapat sogokan. Upeti kepada wasit
untuk menguntungkan satu tim pun bisa berupa banyak hal, termasuk sex gratis.
Modus ini bukan barang baru karena sudah terjadi
sejak lama. kasus ini sempat mencuat pada awal tahun 2000-an. Belakangan, wasit
AFC asal Lebanon yang memimpin laga Tampines Rovers melawan East Bengal dituduh
menerima hadiah berupa layanan seks gratis.
Gol Tangan Tuhan
Gol Diego Maradona ke gawang Peter Shilton pada
Piala Dunia 1986 mendapat label gol tangan Tuhan. Penyebabnya jelas, Maradona
mengarahkan bola dengan tangannya, bukan dengan kepalanya.
Media Inggris menyebut bahwa semua orang yang
berada di stadion menyaksikan handsball Maradona, kecuali wasit tentunya. Wasit
Ali Bin Nasser asal Maroko pun menjadi bulan-bulanan di penjuru dunia akibat
kesalahannya tersebut.
Maradona sendiri sampai tak percaya bahwa golnya
disahkan. "Tak ada rekan yang mendatangi saya untuk memeluk memberi
selamat. Saya segera mengatakan kepada teman-teman: 'cepat peluk saya, atau
wasit akan menganulir gol itu'."
Secara permainan, kesalahan ini tergolong biasa;
banyak kejadian wasit yang salah dalam mengesahkan atau menganulir gol. Namun
yang menjadikan kesalahan ini besar adalah begitu terkenalnya gol tangan Tuhan
Maradona itu. Gol itu bahkan mendapat label sebagai gol abad 20.
Tiga Kartu Kuning untuk Satu Pemain
Kejadian ini mungkin masih cukup segar di ingatan
kita. Pasalnya kesalahan Graham Poll ini terjadi pada Piala Dunia 2006 lalu.
Ketika memimpin laga Kroasia melawan Australia,
Poll memberikan kartu kuning tiga kali kepada Josip Simunic. Ia harusnya
memberikan kartu merah pada kartu kuning kedua, sesuai dengan peraturan.
Poll menyadari kesalahannya dan menolak untuk
memimpin laga besar lagi. Wasit asal Inggris ini merasa telah melakukan
kesalahan besar dan hanya mau memimpin laga-laga biasa setelah insiden itu.
Wasit Datangi Ruang Ganti
Laga Recreativo Linense melawan Saladillo de
Algeciras pada 2009 tak bisa berjalan dengan mulus. Saat babak kedua berjalan
sembilan menit, seorang pemain Recreativo mendapat kartu merah dari wasit Jose
Manuel Barro Escandon.
Kartu merah itu memicu perkelahian besar dan
pertandingan pun dihentikan. Namun wasit Barro nampaknya ingin menunjukkan
kekuasaannya.
Setelah tim terpisah di ruang ganti masing-masing,
wasit Barro mendatangi kamar ganti masing-masing tim dan mengkartu merah
sembilan pemain dari tiap tim. Artinya ada 19 kartu merah dalam laga itu.
Wasit Mengusir Diri Sendiri
Pertandingan Peterborough North End melawan Royal
Mail AYL pada tahun 2005 menyuguhkan kejadian langka. Wasit Andy Wain mengkartu
merah dirinya karena mengkonfrontasi kiper North End.
Wain merasa kesal terus mendapat protes dari sang
kiper. Saat kesabarannya habis, ia melempar peluitnya dan berlari mendekati
kiper itu. Nyaris saja terjadi adu pukul dalam insiden itu. Setelah laga, Wain
menyatakan penyesalannya.
"Saya bertindak tidak profesional. Jika
seorang pemain melakukan apa yang saya lakukan, saya akan mengusirnya. Jadi,
saya harus harus mendapat kartu merah," jelasnya.
Wasit yang Baik Hati
Dalam pertandingan antara FC Vladslo melawan FC
Wijtschate, wasit Marc Gevaert melanggar peraturan paling dasar sepakbola. Ia
meniup peluit panjang ketika pertandingan baru berjalan 85 menit.
Kesalahan ini dilakukan dengan sengaja oleh
Gevaert. Ia mengaku merasa kasihan kepada para pemain Wijtschate sekaligus
khawatir terhadap keselamatan para pemain Vladslo. Penyebabnya adalah karena
Vladslo sudah unggul 16-0 dalam pertandingan itu.
"Saat pertandingan berjalan satu jam dan skor
11-0, para pemain Wijtschate mendatangai saya dan memohon agar pertandingan
dihentikan. Ketika hampir berakhir dan kedudukan 16-0, saya melihat mereka mulai
frustrasi dan menendangi pemain Vladslo tanpa alasan. Saya kasihan kepada
mereka," urai Gevaert.
Tindakan ini justru membuat para petinggi
Wijtschate marah besar. Juru bicara mereka mengatakan: "Dengan beberapa
menit tersisa, siapa bilang kami tak akan bisa membalikkan keadaan?"
Wasit Pinjam Uang ke Club
Wasit Emilio Guruceta Muro melakukan perbuatan
tidak terpuji ketika memimpin Anderlecht melawan Nottingham Forest pada 1984.
Muro bertindak berat sebelah mendukung Anderlecht karena akan meminjam uang
dari klub Belgia tersebut.
Muro menganulir gol Forest dalam laga semifinal
Piala UEFA. Sekitar 10 tahun setelah wasit Muro meninggal, baru terungkap bahwa
Anderlecht memberikan 'pinjaman' senilai 20 ribu euro kepada wasit asal Spanyol
tersebut sehari setelah pertandingan. Pada 1997, Anderlecht dijatuhi hukuman
dilarang mengikuti kompetisi Eropa selama satu tahun.
Menolak Disuap, Wasit Dibunuh
Alvaro Ortega menjadi korban keganasan kartel
kokain di Kolombia yang juga merupakan mafia judi. Kepemimpinan Ortega dalam
laga Deportivo Medellin melawan America dianggap oleh para mafia tersebut tidak
adil dan pantas mendapat hukuman berat. Ortega akhirnya tewas dibunuh di dekat
hotel tempatnya menginap.
Setelah melewati penyelidikan, terungkap bahwa
Ortega menolak tawaran suap dari para mafia tersebut. Kejadian ini memicu
kemarahan sepakbola internasional yang menyerukan boikot kepada sepakbola
Kolombia.
Wasit Mengancam Pemain dengan Kapak
Dalam sebuah pertandingan antara Romark FC melawan
Czech Club di London, seorang wasit yang tak disebutkan namanya melakukan
perbuatan aneh. Ia mengancam pemain Romark dengan kapak karena terus mendapat
hinaan.
Ketika seorang pemain Romark menyebutnya sebagai
seorang peri, wasit langsung meninggalkan pertandingan. Beberapa saat kemudian,
ia kembali ke lapangan sambil membawa kapak.
Kontan saja semua pemain langsung berhamburan lari
terbirit-birit. Penonton yang menyaksikan pertandingan itu mengatakan bahwa
sang wasit tak berhasil mengejar satu pun pemain yang diincarnya. Untunglah.
Wasit Menembak Mati Pemain
Dalam sebuah pertandingan antara Hartbeesfontein
Wallabies melawan Try Agains, sebuah kejadian tragis terjadi. Wasit Lebogang
Petrus Mokgethi menembak mati seorang pemain Try Agains.
Wallabies memimpin pertandingan dengan keunggulan
2-0. Namun Try Agains mampu mencetak gol untuk mengurangi defisit kekalahan.
Fans Wallabies menyerbu lapangan saat gol itu terjadi. Seorang pemain Wallabies
memanfaatkan kekacauan itu untuk mengambil kapak dan kemudian mengancam wasit.
Sebelum pertandingan, wasit Mokgethi, entah
bagaimana ceritanya, menitipkan pistolnya ke seorang teman yang menjadi
penonton. Ia mengambil pistol itu ketika kerusuhan terjadi, Saat diancam dengan
kapak, ia membela diri dengan menembak mati pemain Wallabies yang mengancamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar