Tandukan Zidane ke Dada Materazzi Dipatungkan



Patung 'tandukan Zidane' dipajang di pelataran Musium Centre Pompidou, Paris
Masih ingat tandukan pemain legendaris Prancis Zinedine Zidane ke dada pemain belakang Italia Marco Materazzi di final Piala Dunia 2006?
Seniman Prancis, Adel Abdessemed, rupanya masih terkenang peristiwa yang membuat Zidane diusir dari lapangan akibat perilakunya itu.
Adel mengabadikan insiden itu dalam sebuah patung perunggu yang kemudian dipajang di pelataran Musium Centre Pompidou, Paris, Rabu (26/09).
Berwarna keperakan, patung itu menyedot perhatian pengunjung musium.
Menyaksikan patung tersebut, barangkali pengunjung musium yang menggemari sepak bola akan teringat lagi insiden di Stadion Olimpiade, Berlin, Jerman, 9 Juni 2006 silam.
 
Alasan Zidane Menanduk Materazzi
Sekali lagi, bukan Zidane jika tak mampu menyihir dunia. Meski karir sepak bolanya berakhir kelam, namun Zidane tetap yang terbaik. Dia terpilih menjadi pemain terbaik Piala Dunia 2006 versi FIFA. Pemilihan Pemain Terbaik itu dilakukan ratusan wartawan yang meliput ajang akbar itu pada masa istirahat setelah babak pertama. Zidane meraih 2012 poin meninggalkan kapten Italia, Fabio Cannavaro, di posisi dua dengan 1977 poin. Pemain Italia lainnya, Andrea Pirlo, harus puas duduk di posisi ketiga dengan 715 poin. Alasan Zidane dipilih menjadi pemain terbaik adalah, dia dianggap sukses karena menampilkan teknik bermain bola yang menawan dibalut dengan kepemimpinan yang nyaris sempurna.
“Dia benar-benar yang terbaik. Tapi, jika kami bisa memutarbalikkan waktu, kemungkinan besar penghargaan ini tidak akan jatuh kepadanya. Tapi kami tidak menyesal telah memilih Zidane sebagai pemain terbaik dalam kompetisi ini,” jelas beberapa wartawan. Meski para wartawan sepakat untuk tetap memberikan bola emas kepada Zidane, publik Italia berikut simpatisannya menuduh Zidane tidak pantas menerima penghargaan itu. Akan lebih baik jika bola emas itu diberikan kepada pemain lain yang lebih “sopan”. Di lain pihak, Pelatih Perancis Raymond Domenech dan sang “Kaisar” Beckenbauer membela keputusan FIFA untuk tetap memberikan gelar prestisius itu kepada Zidane. Meski demikian, keduanya meminta agar Zidane tetap menjalani serangkaian penyelidikkan.
Namanya juga publik figur, sebelum Zidane diadili FIFA, hampir semua media massa di dunia berjuang keras menguak tragedi tandukan maut Zidane. Tak tanggung-tanggung, harian The Times mendatangkan pakar pembaca gerak bibir asal Inggris, Jessica Rees, dalam rangka mengetahui kata-kata kotor Materazzi. Dibantu seorang penerjemah bahasa Italia, Jessica menyimpulkan, Materazzi menyebut Zidane dengan “Anak pelacur teroris” sebelum kemudian menambahkan umpatan lain yang tak kalah menyakitkan. Dalam laporan khususnya, Time menulis “Son of a terrorist whore” dan “So just fuck of for good measure.” Tak mau ketinggalan, stasiun TV Globo di Brasil juga mengundang seorang pakar pembaca gerak bibir. Hasilnya sama, diyakini Materazzi tiga kali melontarkan kata-kata penghinaan itu terhadap kakak perempuan Zidane, sebelum kemudian menambah satu kata umpatan lagi. Surat kabar Inggris, The Daily Mail, yang juga menggunakan jasa seorang ahli pembaca bibir, dalam sebuah laporannya merilis kesimpulan yang sama seperti yang diutarakan Jessica dan TV Globo.
Di lain pihak, Zidane dan Materazzi mengomentari berbeda tragedi langka itu. Saat ditanya wartawan, Materazzi menilai Zidane sangat arogan karena pemain berdarah Aljazair itu memandangnya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Menurut bek Italia itu, perbuatan Zidane sama sekali tidak dapat ditoleransi. Dia berpendapat, apa yang dilakukannya terhadap Zidane (menarik kostum Zidane) adalah hal yang wajar di permainan sepak bola. Toh, wasit juga tidak meniup peluit atas aksinya itu. “Saya pegang kausnya hanya dalam sekian detik, lalu dia berbalik memandang saya, lantas mengejek saya. Dia menatap saya dengan gaya superarogan. Saya merasa kesal dan membalas aksi itu,” ujar Materazzi, dikutip La Gazzetta dello Sport. Soal sinyalemen bahwa ia melecehkan ibu dan kakak perempuan Zidane seperti yang dituduhkan pakar pembaca gerak bibir, Materazzi menyanggahnya. “Umpatan itu adalah umpatan biasa yang anda dengar dua belas kali sehari, dan sesudah itu dilupakan. Jelas-jelas saya tidak mengatakan dia teroris. Saya tidak tahu, benar-benar tidak tahu apa itu teroris. Satu-satunya teroris di mata saya hanya dia.



Tidak ada komentar: